Senin, 18 Agustus 2008

Pertemanan Imajiner



Ahmad Dhani on my Teflon

Ahmad Dhani ? Yang musisi itu ? Pentolan Dewa 19 ? Jawabnya YA ! Sekali lagi jawabnya, YA..!

Apa kamu pikir aku tidak bisa berteman dengan Ahmad Dhani? Wong dia itu orangnya biasa-biasa saja sebenarnya. Media masa saja yang sukanya menyorot Dhani dari sisi karakter.

Mendiskreditkan Dhani dengan berbagai istilah yang dibuatnya sendiri semau udelnya yang sangat jelas merugikan Dhani. Yang aroganlah, yang sombonglah. Ya terserahlah orang bilang aku ini bermaksud membela Dhani. Tidak berteman dengan Dhani sekalipun, jika tidak ada orang yang mau melihat sisi baik Dhani, aku yang akan maju mengatakan Dhani tidak seburuk tampaknya ketika mulut-mulut media massa merajah nama baik Dhani. Iya kan ?

Apa kamu pikir aku sakit jiwa dengan mati-matian membela Dhani? Aku tidak perlu mendapat apa-apa dari Dhani. Memang harusnya begitu, Dhani tidak perlu memberikan sesuatu, akupun tidak perlu mendapatkan sesuatu juga. Akan lebih damai jika aku belajar menjadi pembela daripada aku menjadi penggembira. Tidak punya prinsip itu namanya.

Lha memang bentuk Dhani sudah begitu dari sononya. Pernah lihat foto masa kecil Dhani tidak ? Tidak ada yang berubah, menurutku Dhani kecil hingga dewasa tetap saja begitu wajahnya. Jadi tidak perlu repot menilai Dhani begini atau begitu. Jangan percaya tivi sebelum kamu mengenalnya sendiri seperti aku ini..

Kalau aku ungkapkan dengan bahasa judul, wajah Dhani tidak cakep. Kalau ada yang tergila-gila sama Dhani dan mengatakan dia cowok ganteng atau apapun itu yang berkaitan dengan fisik, aku bilang para penggila itu sedang gejala katarak. Lihat cara dia berjalan yang dengan membusung sedikit dadanya keatas. Kalau orang cerdas akan bilang bahwa Dhani punya rasa percaya diri yang tinggi. Tetapi bagi pecundang dia akan bilang bahwa Dhani tuh sombong dan arogan. Nah anda tertipu !

Coba akan aku urai satu persatu apa makna sudut-sudut air mukanya. Alisnya cukup tebal tidak memiliki kelopak lebar, sehingga mata kecilnya tak berjarak seolah berdempetan dengan alis ulat bulu diatasnya. Apalagi jika dia difoto dari sudut atas, semakin menimbulkan karakter pemuram. Bukan pemuram menurutku, dengan sorot mata sedemikian rupa adalah pancaran betapa Dhani menciptakan setiap detik jejak hidup ini adalah essential focus yang mengispirasi dikemudian hari pada lagu-lagu ciptaannya. Rahangnya tidak tajam, dibalut dengan pipi yang lumayan gembul ( tanda kemakmuran kali..! ) itu tanda bakat bahwa Dhani mudah mencipta sesuatu. Bentuk bibirnya kecil dan terkatup seperti orang sedang marah plus ngemut permen. Bagaimana kamu menilai bentuk bibir seperti ini ? Aku tau arti bentuk konstruksi susunan antara dua bibir yang disebut mulut, dagu oval, hidung dengan pucuk menggantung, seperti yang dimiliki Dhani. Begini aku menggambarkan. Dhani lebih senang diam (bukan pendiam !) daripada menghambur kata-kata dengan mudah namun tidak memberi makna apapun. Itu artinya tiap kata yang tersirat, terucap,tercipta dan tersurat yang disertai lenguh nafas buang yang meluncur dari lobang hidung sempitnya, sangat berpotensi menjadi sebuah lagu. Itulah harta kekayaan yang keluar dari setiap peluh Dhani. Siapa sih yang mau kehilangan kekayaan intelektualnya dengan sia-sia ? Dhani tau itu.

Coba kamu bandingkan dengan orang-orang yang katanya politikus pintar, yang senang berkata-kata di muka umum. Jangan heran ya andai suatu saat kamu menemukan bahwa orang-orang itu omong doang. Tidak ada cipta kata yang di kreasikan menjadi karya. Ya karena hanya ‘omong’ itu yang dijual menjadi produk kebanggaannya. Karakter orang seperti ini cenderung plin-plan. Pagi kedelai sore tempe. Kata-kata bukan hal yang berharga baginya, melainkan sarana tipu-tipu untuk meyakinkan orang-orang. Dan kata-kata yang keluar dari mulut orang-orang macam ini bukanlah harta kekayaan intelektual. Karena harta baginya ya harta, yakni materi dunia semata. Dan bedanya orang-orang ini tidak perlu merasa gusar apabila kata-kata ciptaanya di catut orang guna diucapkan ulang di kesempatan berbeda. Coba kalau yang mengalami itu seorang kreator baik bidang seni atau bidang lain. Seorang musisi yang karya ciptanya dijiplak, dibajak oleh orang-orang yang tidak mengerti bagaimana menghargai karya orang, pasti gusar. Seperti peluh Dhani dari album ke album, bagaimana kalau dibajak ? Aku yakin Dhani pasti kebakaran jenggot (bisa jadi jenggot kebanggaannya meranggas dan sirna, wah bukan Dhani dong namanya kalau wajahnya berubah licin, aku bisa salah panggil jika ketemu nanti.

Dhani Lauw! …. Gleek!)

Saat Dhani merilis album Arjuna Mencari Cinta, aku sedih sebenarnya tau dia berurusan dengan polisi (tahun-tahun belakangan Dhani kok sering city tour ke kantor polisi dan kantor-kantor bentukan pemerintah... ya..Huuh!) Meski masalah tersebut tidak terdengar gaungnya kembali aku yakin Dhani sangat terinspirasi dengan cerita yang memang menurutku sangat inspiratif itu. Rangkaian kata-kata yang terbaca menjadi kalimat Arjuna Mencari Cinta memang sangat sakti. Tapi itu kan kalimat universal, siapapun boleh berucap seperti itu kan? Bukan milik perseorangan atau orang lain tidak berhak berucap. Tapi aku paham kok, kalimat itu dipakai Dhani kedalam bentuk produksi masal. Dhani kepleset. Yaa semua kini sudah baik-baik saja.

Saking dekatnya dengan Sang Pencipta, kalau boleh aku bilang, cicak batukpun bisa digubah Dhani menjadi sebuah lagu yang spektakuler. Itu menandakan sikap syukur Dhani pada Tuhan Yang Empunya Hidup. Betapa luar biasa bakat dan karunia yang mengalir kedalam merah darah Dhani. Ditunjang pula dengan gen istimewa dari keturunan Kohler yang selalu ia banggakan. Sudah sepatutnya begitu kita berterima kasih pada silsilah, pendahulu, tetua, begitu aku istilahkan untuk menghormati leluhur. Cuma sayang negara ini tidak mau berlaku seperti yang diajarkan orang tua kita bahwa kita wajib menghormati pihak-pihak yang berjasa atau perintis hidup kita sekarang ini. Hormat kepada leluhur akan membuat kita selau ingat siapa diri kita ini.

Kembali ke Dhani.

Jangan kaget dengan judul diatas ya. Ahmad Dhani di atas Teflon ! lumayan ekstrimkah? Jangan membayangkan bahwa Dhani kecemplung kedalam panci Teflon, atau Dhani sedang jongkok diatas teflon ibunya saat kecil karena kebelet pipis. Jangan pula menganggap bahwa Dhani kini beralih profesi menjadi chef ketika perkara pelik bertumpuk melilit pikirannya dan mematikan kreativitasnya. Nggak perlu repot-repot menduga bahwa Dhani seorang kolektor berbagai bentuk panci Teflon karena Al, El dan Dul suka minta dibuatkan kue atau bakwan udang, atau Dhani ingin mengganti set drumnya dengan bahan Teflon ? Ah konyol !

Semua itu bukan. Sang kolektor panci Teflon itu adakah aku. Yang sering minta dibuatkan berbagai macam masakan dan kue adalah anakku sendiri. Itu yang menyebabkan tumpukan berbagai bentuk panci Teflon menggunung di dapurku. Lalu kenapa aku tega menaruh Dhani diatas Teflon ? Apakah itu teflonku ? Bukan dong! Andai Dhani benar-benar berada diatas teflonku, wah…..kasihanilah aku karena aku harus mati-matian mencari tambahan koleksi Teflon yang berdiameter sama dengan ukuran pantat Dhani.

Yang benar begini. Pertemananku dengan Dhani terjadi sudah cukup lama, tetapi aku tidak mau sesumbar dan bilang-bilang karena orang yang mengetahui akan sirik dan tidak suka. Dhani kan tidak bersalah jika harus berteman dengan siapapun diantara kesibukannya yang berjibun itu. Jangan lupa sehebat-hebatnya Dhani, dia itu manusia biasa, yang memiliki rasa lelah, sedih, kecewa, gembira dan sebagainya. Sebagai tuntutan pekerjaan ya harus begitu. Menurutku dia itu sosok yang rajin bekerja, ngantornya di musik. Titik. Dalam keseharian dia memiliki hobi yang dapat dipertanggungjawabkan kepuasannya. Apa itu ? Ngosek WC ! Tentu saja toilet yang berada dirumahnya sendiri. Sewaktu usia sekolah dia itu kan paling jijik dengan wc yang kotor dan bau. Waktu tinggal di Surabaya saking terobsesinya dia akan toilet bersih dan ideal, dia putar akal bagaimana caranya bisa pipis dengan sangat manusiawi sedangkan disekolahnya tak ada satupun wc yang manusiawi. Kotor, bau, limbah manusia terdampar di mana-mana seantero wc sekolah terutama sekolah negeri. Untung di Surabaya ada hotel berbintang yang berdiri megah tak jauh dari sekolah Dhani. Disanalah Dhani menemukan apa yang dia cari dengan memanusiawikan hajat hidup seseorang. Alias pipis dan semacamnya. Titik balik itulah Dhani memiliki hobi mengosek toilet di rumahnya. Dan itu sungguh-sungguh dikerjakan Dhani dengan menjaga dan merawat langsung si toilet bowl dari ancaman kuman.

Aduh maaf, kok belok ke toilet bowl ya ? padahal tadi aku mau cerita tentang Teflon yang ada Dhani diatasnya. Sampai disini pahami dulu bahwa Dhani tidak berada dimanapun di Teflon milikku atau Teflon milik siapapun.

Aku berkenalan dengan Ahmad Dhani pada tahun 1992 di perjalanan Jogja-Semarang. Melihat penampilan awalnya memberi kesan tengil, ya itu tadi rambut gondrong dan sorot mata mencengkeram. Dan perkenalan ini ternyata tidak seburuk yang aku duga sebelumnya. Karena ada lagu Cukup Siti Nurbaya yang mendukung pembenaran terhadap prinsip-prinsipku. Apa coba ? Aku mendukung hak wanita untuk menentukan pilihan akan pasangan hidup. Bukan kawin paksa. Dan dari ini semua pertemanan yang saling bersinergi. Dhani rajin mengunjungi dapurku ketika aku habiskan seharian liburku untuk berkutat di dapur dengan mengeksplorasi jurus-jurus kuliner diatas Teflon serta pirantinya. Dari meracik bahan mentah hingga siap hidang, Dhani tidak beranjak meninggalkan aku diantara dentingan alat-alat dapur yang silih berganti bersimponi. Semua lagu-lagu Dhani menyumbang inspirasi besar pada gairah hidup Teflon ketika beraksi. Seperti perjalanan Jogja-Semarang yang kulewati banyak bentangan pepohonan hijau itu, Ahmad Dhani bersama kawan-kawannya Dewa 19 terus berkumandang di walkman ku (..jaman itu..!) hingga aku lupa bahwa Jogja-Semarang tidak jauh. Tiga jam terasa amat singkat jika ditemani Dhani dan Dewanya, andai tidak, wah…lebih baik tidur dan tau-tau aku terdampar di terminal Terboyo Semarang sebagai penumpang terakhir yang masih tersisa di bangku karena kebablasan tidur.

Nah, sudah sepantasnya kan aku berteman dengan Ahmad Dhani secara imajiner. Sudah beberapa kali aku berkunjung ke kafe milik Dhani, The Rock di Kemang tapi tidak untuk Dhani tapi demi roh musik yang seutuhnya bergentayangan di sana. Totalitas.

****Jika kamu memang pecinta musik sejati, kamu tidak akan peduli siapa dan bagaimana sang musisi. It’s all about music. That’s all***

So, Dhani tidak terinspirasi oleh teflon-teflonku. Yang pasti musik Ahmad Dhani banyak menginspirasi hidup banyak orang, baik yang benci maupun yang mendukungnya. Dan tentu juga menyumbang sedikit inspirasi hidupku dengan segala macam kegembiraan yang ada disekelilingku.

Apa yang salah jika aku ingin bersenang-senang menikmati musicnya Ahmad Dhani.

Nggak bisa dipungkiri bahwa Dhani merupakan asset bangsa Indonesia dan menjadi tonggak sejarah music Indonesia. Dan kelak di kurun waktu 10 hingga 20 tahun kedepan, semua orang akan angkat topi buat Dhani. Dan aku yakin orangpun akan bicara yang baik-baik tentang Dhani. Terutama musicnya ! Bukan masalah2 pribadinya.

God Blessing You All !!

Slipi - Celebration of August

ruthuarry2008








Visit My Profile